Tawuran: Harga Diri dan Kebanggaan

Mungkin judul diatas boleh dibilang konyol atau mengada-ada, darimana bisa dikatakan bahwa dalam mencapai kata “kebanggan” dan “harga diri” kita harus melakukan hal-hal anarkis, dengan kekerasan, bar-bar, tidak berkeprimanusiaan dan hal-hal tidak terpuji lainnya. Tapi itulah yang terjadi di kalangan pemuda saat ini. Entah dari jenjang mahasiswa, SMA, bahkan sampai SMP semuanya sudah tidak asing dengan kata “tawuran”. Mungkin anda memiliki persepsi masing-masing tentang arti kata tawuran, tetapi kita semua sepakat bahwa tawuran memiliki relasi langsung dengan kekerasan.

          Tawuran sepertinya sudah menjadi hal lumrah di kalangan pelajar saat ini. Karena sebagian besar pelaku tawuran adalah dari kalangan pelajar. Kenapa ini bisa terjadi? Sebenarnya ini hanya dari hal sepele, dari permusuhan antar sekolah satu wilayah, perbedaan angka sekolah, atau hanya sekedar permusuhan antara sekolah hanya karena tradisi yang sudah menurun dari kakak kelas mereka. Tapi akar dari semua itu adalah mempertahankan harga diri dan kebanggan sekolah. Kenapa bisa begitu? Coba tanyakan pada para pelaku tawuran tersebut. Sebenarnya mereka tidak memiliki permusuhan yang berarti tetapi mereka rela melakukan hal tersebut dikarenakan permusuhan yang mereka ciptakan sendiri, yaitu “kebanggan sekolah”. Hey coba pikirkan ulang, tidak ada sekolah yang menjadi bagus atau  terkenal karena kehebatan murid-muridnya dalam tawuran, malah itu hanya menurunkan nilai dari sekolah tersebut di mata masyarakat.

          Kembali lagi soal mental murid-murid tersebut. Mungkin mereka sudah terlalu banyak melihat adegan-adegan kekerasan baik itu di televisi, media-media informasi atau pengalaman mereka sendiri. Dengan semangat mereka yang menggebu-gebu sebenarnya ini akan menjadi baik jika diarahkan ke jalur yang benar dan lebih bermanfaat. Seperti kata Bung Karno sang proklamator: “Beri aku 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia” dari kutipan tersebut maka kita dapat melihat begitu hebatnya pemuda. Penuda juga merupakan pondasi dan tunas suatu bangsa untuk maju. Bukankah bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki pemuda-pemuda yang hebat, yang beprestasi? Maka dari itu sebaiknya pemuda pemudi Indonesia lebih sadar dan faham bahwa dalam memperoleh kebanggan dan harga diri tidak akan dapat diraih dengan hal-hal negatif yang boleh jadi bukan hanya merugikan mereka tapi juga orang lain.